Klinik Pratama Rutan Bengkulu Layani Kesehatan Psikologis Warga Binaan
Bengkulu — Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Bengkulu terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan yang optimal kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), termasuk di bidang kesehatan mental. Pada Sabtu (7/12), psikolog Rutan Bengkulu, Amalia Hana Firdausi melaksanakan sesi layanan psikologis yang ditujukan untuk membantu WBP mengatasi permasalahan emosional dan psikologis yang mereka hadapi selama menjalani masa pidana.
Kegiatan yang berlangsung di ruang konseling ini diikuti oleh beberapa WBP yang sebelumnya telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan pendampingan psikologis. Sesi layanan ini mencakup konseling individu, asesmen psikologis, serta pemberian saran terkait strategi pengelolaan emosi dan stres.
Amalia menjelaskan bahwa layanan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup WBP selama berada di lingkungan pemasyarakatan. "Kami memahami bahwa berada dalam situasi terbatas seperti ini dapat memicu berbagai tekanan mental. Oleh karena itu, layanan ini dirancang untuk membantu WBP menghadapi tantangan tersebut dan mendukung mereka dalam proses rehabilitasi mental," ungkap Amalia.
Dalam sesi tersebut, WBP diberikan ruang untuk berbagi cerita mengenai tekanan emosional yang mereka rasakan, baik yang berkaitan dengan persoalan pribadi maupun keluarga. Selain itu, psikolog juga memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan cara mengelola konflik dengan bijak.
Kepala Rutan Bengkulu, Yulian Fernando, menyampaikan apresiasinya terhadap program layanan psikologis ini. "Pendampingan psikologis merupakan bagian penting dalam pembinaan WBP. Dengan memberikan perhatian pada kesehatan mental mereka, diharapkan WBP dapat lebih fokus dalam menjalani pembinaan sehingga siap kembali ke masyarakat dengan kondisi yang lebih baik," jelas Yulian.
Program layanan psikologis ini direncanakan akan menjadi agenda rutin di Rutan Bengkulu. Dengan adanya program ini, diharapkan WBP tidak hanya mendapatkan pembinaan secara fisik, tetapi juga mental, sehingga proses reintegrasi sosial mereka dapat berjalan lebih optimal.