Skip to main content
x

Bonus Demografi Bagi Sektor Pertanian, Mungkinkah?

Oleh : Nopti Rianah, S.P*

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi garda terdepan menunjang perekonomian dan menjadi pemantik bagi resonansi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Keberadaan produk yang dihasilkan oleh sektor ini merupakan titik penentu keberlanjutan sektor – sektor lain seperti sektor industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, juga konsumsi rumah tangga. Menariknya, tumbuhnya sektor ini justru dimotori dan digerakkan oleh tangan dingin generasi milenial, yang mencurahkan segenap jiwa dan raganya. Ada 68,51 persen (kelompok umur 25 – 64) pemilik tangan dingin  generasi milenial (Y) dan baby boomers (X) yang memberikan kontribusinya. (BPS; Survei Pertanian Antar Sensus 2018). 

Berkat kegigihan tangan – tangan dingin inilah membuktikan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi yang relatif lebih stabil dan memiliki sumbangsih terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada saat terjadi pandemi Covid-19. Di Provinsi Bengkulu tahun 2020, PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha sektor ini memiliki sumbangsih sebesar 28,36 persen dan sebesar 32,67 persen di Kabupaten Bengkulu Selatan. 

Tingginya sumbangsih ini membuktikan bahwa sektor pertanian menjadi penopang utama kehidupan di masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus 2018 (SUTAS 2018) di Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat rumah tangga petani sebanyak 26.717 atau setara dengan 71,27 persen yang memiliki usaha pertanian. Hal ini menempatkan Bengkulu selatan berada pada urutan keenam dari 10 kabupaten/kota dengan sumbangsih sebesar 8,77 persen dari total rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Bengkulu yang berjumlah 304.572 rumah tangga. 
Sementara itu, berdasarkan data Susenas tahun 2020- pun menunjukan bahwa Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki penduduk usia 15 – 64 tahun sebesar 66,74 persen, 0-14 tahun 27,15 dan 65 tahun lebih sebesar 6,10 persen. Sedangkan banyaknya penduduk Bengkulu Selatan usia 15 tahun ke atas yang bekerja seminggu yang lalu adalah sebesar 96,51 persen bergerak di sektor pertanian sebesar 46,88 persen (Sakernas Agustus 2020). Hal ini menggambarkan bahwa persentase rumah tangga yang menggantungkan masa depannya pada sektor ini masih cukup tinggi.

Sejalan dengan bonus demografi yang saat ini menjadi bahan perbincangan, khususnya bagi pemerintah dan para pakar. Jimmy Ginting (2016) menuturkan bonus demografi merupakan sebuah ledakan penduduk usia produktif yang kemungkinan akan terjadi di Indonesia pada tahun 2020 hingga 2030. Bonus demografi juga merupakan peluang bagi kemajuan suatu bangsa. Hal ini memiliki potensi besar karena perbandingan penduduk usia produktif jauh lebih besar (lebih dari 2 kali lipat) dibandingkan penduduk tidak produktif (lansia dan anak).
Pengalaman membuktikan banyak negara di dunia telah menikmati kondisi demografi ini sebagai suatu berkah tersendiri. Diantaranya Negara Rusia, Tiongkok, Jepang, dan Korea. 

Akankah Kita Mampu Memanfaatkan Bonus Demografi?
Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, oleh Badan Pertanian Pangan PBB (FAO) tahun ini mengangkat tema "Tindakan kita, masa depan kita, untuk produksi, gizi, lingkungan dan kehidupan yang lebih baik". Tema ini menyoroti pentingnya sistem pertanian-pangan berkelanjutan untuk membangun dunia yang lebih tangguh dalam menghadapi masa depan. 

Sejalan dengan tema yang diangkat di Hari Pangan Sedunia, besarnya rumah tangga usaha pertanian, serapan tenaga kerja dan besarnya sumbangsih sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada PDRB maka sudah selayaknya kita bersama – sama memberikan perhatian lebih kepada sektor ini. Pertumbuhan dan perkembangannya pun akan semakin bagus jika digerakkan oleh penduduk pada usia produktif terutama pada generasi milenial (Y) dan genarasi-net (Z). Sebab pertumbuhan sektor ini akan sangat tergantung kepada tangan – tangan dingin yang memiliki keuletan dalam kegiatan usahanya. 

Peran serta generari Z yang baru sekitar 0,49 persen dari total pemilik usaha pertanian pun bersama diupayakan untuk ditingkatkan. Karena generasi inilah yang kelak kemudian hari akan menggantikan generasi Y dan X untuk terus melanjutkan dan menjadikan sektor pertanian lebih baik pengelolaan usahanya baik dari segi budidaya, penanganan pasca panen, serta pemasarannya. Diantara karakter generasi Z yang bisa menjadi sisi kekuatannya adalah mudah menangkap informasi dan teknologi, serta secara kekuatan fisik generasi ini merupakan keadaan prima untuk melakukan kegiatan usaha pertanian.

Untuk itu bersama kita mengupayakan memperbaiki stigma negative pada generasi Z, Y, dan di masyarakat bahwa sektor pertanian merupakan kegiatan rendahan, membosankan, pendapatan tidak menjanjikan, dan pekerjaan yang melelahkan. Upaya yang bisa dilakukan diantaranya dengan memberikan edukasi dan motivasi kegiatan sektor pertanian sedari dini melalui pihak sekolah pada generasi Z ketika berada di bangku sekolah Dasar, Menengah, Perguruan Tinggi, bahkan saat pendidikan Pra-Sekolah. Madrasah keluarga pun mulai mengenalkan kegiatan di sektor pertanian meski dari hal yang paling sederhana, misalnya dengan menanam sayuran dan buah – buahan di pekarangan rumah, dalam pot atau dengan metode hidroponik. Jika memiliki usaha pertanian seperti tanaman padi/palawija, perkebunan, peternakan dan budidaya ikan ajak dan libatkan anak untuk belajar memahami kegiatan budidaya produk pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Pihak pemerintah pemangku kebijakan pun diharapkan mampu memberikan jaminan harga yang layak terhadap hasil panen apalagi jika terjadi panen melimpah dan kepastian tersedianya saprotan tepat waktu. Upaya lainnya dengan melakukan pembinaan intensive kepada usia produktif peralihan generasi Z menuju generasi Y untuk melakukan usaha budidaya di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Hal ini dikarenakan saat ini pembinaan baru menyentuh level Kelompok wanita tani dan kelompok tani bagi laki – laki. Pembinaan Sumber Daya Manusia juga bisa melalui kelompok – kelompok pemuda desa yang tentunya bisa sejalan dengan Program Dana Desa yang sudah bergulir semenjak tahun 2015. 

Dengan demikian bonus demografi yang saat ini sudah mulai terjadi, dapat memberikan dampak positif bagi keberlanjutan sektor pertanian. Sekaligus menggambarkan jaminan ketahanan pangan terbaik, harga terjangkau, nutrisi yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik untuk semua.

*Penulis adalah ASN BPS Kab. Bengkulu Selatan

  • Total Visitors: 6052501