Skip to main content
x
perbankan
Dirut Bank Muamalat Achmad Kusna Permana. Foto: Istimewa

Dirut Bank Muamalat Blak-Blakan Kondisi Perusahaan Saat Ini

Wartaprima.com - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk masih mencari investor baru yang bersedia kucurkan modal. Perusahaan butuh modal sekitar Rp 4,5 triliun untuk mempertahankan bisnisnya.

Sebagai bank syariah tertua di Indonesia, Bank Muamalat terbilang cukup menarik perhatian banyak pihak. Ketika perusahaan terang-terangan mengumumkan butuh modal, cukup banyak yang tertarik untuk membantunya.

Pertama kali yang menunjukkan minat adalah PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI). Dengan membentuk konsorsium, PADI siap menampung penerbitan saham baru (rights issue) Bank Syariah.

Namun, rencana itu kandas lantaran tidak mendapatkan izin dari OJK. Sejak saat itu muncul banyak nama institusi yang diisukan minat menjadi investor baru Bank Muamalat.

Mulai dari bank-bank BUMN, perusahaan kapital dalam dan luar negeri digosipkan tertarik. Bahkan Yusuf Mansur bersama jamaahnya melalui Paytren terang-terangan minat untuk menjadi pemegang saham Bank Muamalat.

Lalu bagaimana progres Bank Muamalat mencari investor baru? Berikut wawancara detikNetwork dengan Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana awal pekan ini:

Bagaimana progres pencarian investor baru?


Begini Bank Muamalat itu banyak orang yang merasa berkepentingan ingin membantu karena merasa ada keterkaitan emosional. Kalau bicara siapa yang berminat? sampai saat ini kalau tidak dibatasi mungkin saya masih meeting. Tapi tidak bisa kami disclose siapa saja nama-namanya sampai betul-betul kami sudah berjabat tangan. 

Ini juga menjadi kesepakatan untuk tidak menyebut namanya. Tapi kami targetkan semester 1 tahun ini kami bereskan. Karena Bank Muamalat butuh ekspansi, kalau dilihat sudah 3 tahun tidak tumbuh karena memang kami butuh capital. Modal itu nanti dipakai untuk ekspansi untuk pembenahan pencadangan hingga menyelesaikan kredit bermasalah.

Kalau kita punya capital Rp 1 triliun kami bisa tumbuh sampai Rp 6 triliun. Jadi kami harus tumbuh karena kami masih menjadi ikon syariah. Lebih dari itu pemilik Bank Muamalat itu kan ada 370 ribu orang, kami tbk tapi tidak listing. Jadi para pendiri itu mengamati jadi susah-sudah gampang cari investor, karena semua pendahulu pendiri ikut mengawasi. 

masalahnya sebenarnya pemegang saham mayoritas sekarang ada problemnya internal regulasi seperti di ADB. Bahwa kepemilikan maksimum mereka harus 20% sekarang sudah 33%. Mereka komitmen untuk stay tapi harus mengurangi kepemilikan sahamnya sehingga jadi minoritas. Dua lagi bank di Kuwait bank sedang restrukturisasi. Jadi isunya seperti itu, mereka harus cari investor baru.

Bagaimana nasib pemegang saham saat ini setelah masuknya investor baru?


Nanti kan akan terdilusi ketika katakan siapapun investor katakan 50% otomatis terdilusi semuanya. Mengenai amount-nya sebenarnya tergantung ada beberapa skema yang ada. Tergantung investor baru mau skema seperti, kan kita ada tier 2 (modal pelengkap) tidak melulu tier 1 (modal inti utama). Hanya saja kalau masuk ke tier 1 supaya mereka menjadi pemegang saham mayoritas. Kalau seperti itu akan terdilusi.

Untuk skema kami menyiapkan beberapa, untuk tier 1 melalui rights issue sepenuhnya. Bisa juga rights issue bertahap, lalu kita combine rights issue dengan penerbitan sukuk atau dengan asset swap.

Kami pilih skema apapun yang bisa diterima oleh investor. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentu nanti akaan melihat dan me-review kapabilitas investor yang akan masuk. OJK akan memberikan masukan dan memfasilitasi.

Terkait dana escrow Minna Padi Investama apakah masih ada di Bank Muamalat?


Ketika mereka tidak jadi kita tidak bisa dana itu dihitung lagi di escrow kita, mereka bisa saja ambil dana itu, karena dana itu tidak bisa dihitung sebagai calon pemodal kita. Sebagian sudah mereka ambil sebagian ada yang menjadi deposito. Mereka itu konsorsium tidak semua Minna Padi Investama.

Bagaimana strategi pengembangan Bank Muamalat setelah proses penyuntikan modal?


Kalau saya kembangkan perusahaan saya harus pastikan perusahaan punya value position yang berbeda. Bank Muamalat punya value itu, tidak ada satu pun bank syariah punya kekhasan seperti Mualamat

Anda bisa bayangkan dulu waktu saya di Bank Permata saya agresif banget cari dana haji, ujung-ujungnya dalam setahun saya dapat maksimum 20 ribu jamaah. Tapi Bank Muamalat belum melakukan hal agresif setahun yang daftar 100 ribu orang jamaah haji, itu berarti Rp 2,5 triliun uang masuk.

Islamic segment itu kalau bicara bank syariah ya Bank Muamalat, kalau mau naik haji ya Muamalat. Ini cerita benar waktu di Cirebon saya kunjungan ke kantor Kementerian Agama, ada layanan satu atap di situ ada 4 bank. Waktu saya datang ada 10 orang antre di Bank Muamalat, saya tanya ngapain? dia bilang saya mau daftar haji tapi ini Bank Muamalat belum buka. Padahal di situ ada 3 bank lain.

Ke depannya yang mau saya bangun kekuatan itu. Karena pada akhirnya kita harus tahu bertarungnya di mana. Saya enggak mau head to head dengan bank nomor 1 sampai 4 yang sudah punya jaringan luas, CASA-nya bagus. Enggak mungkin bertarung dengan mereka. Jadi nanti kami main di sana karena tidak semua bisa main di situ.

Seperti main bola di Lapangan Banteng dari Subuh sampai Isya semua orang main di situ. Kalau Muamalat main di situ babak belur, enggak kebagian waktu bermain, lapangannya juga sudah tidak bagus. Saya mau mundur sedikit ke Karawangan, rumputnya masih bagus, orang Jakarta juga malas main di situ

Kalau bicara 240 juta penduduk 80% muslim, Bank Muamalat punya kekuatan di situ. Ketika saya bicara begitu ke investor ya mereka setuju, Muamalat tidak harus head to head.

Semalam saya bertemu dengan salah satu dari Bank BUMN, dia minta pembiayaan koperasi karyawannya masuk ke Muamalat karena pegawainya minta pembiayaan koperasinya dari Muamalat.

Tidak hanya haji, umorh, ada halal food, kemudian islamic university, banyak urusan di situ. Karena balik lagi kita harus bangun core business sesuai kekhasan bisnis.

Terkait dana haji pengelolaannya saat ini seperti apa?


Dana haji akan terus tumbuh, setiap tahun ada 100 ribu sebesar Rp 2,5 triliun itu akan tumbuh. Ke depannya dana haji tumbuh dan dana lainnya juga tumbuh. Walaupun sekarang dana hajinya belum begitu besar dibanding bank lainnya yang dapat dari induknya juga.

Saat ini dana haji di Bank Muamalat sekitar Rp 7,5 triliun. Tapi ada 24 ribu yang berangkat setiap tahun, berarti kami harus setor ke BPKH jadi berkurang juga. Tapi setiap tahun masuk 100 ribu jamaah jadi akan meningkat juga, mungkin net pertumbuhannya 60-70 ribu jamaah. 

Tapi ini kan fast deposito BPKH jadi bukan dana murah. Sebenarnya yang harus dikembangkan dana murahnya jadi tabungan haji dan umrohnya yang didorong. Karena dana depositokan marginnya kecil, hanya fee

Ada produk yang disiapkan untuk penempatan dana haji dari BPKH?


Sebenarnya BPKH tidak bisa direct investment. Mereka kan butuh infrastructure risk management-nya. Saat ini menurut saya yang sedang dibangun konsep mudharabah muqayyadah. Setiap bank harus mempresentasikan produknya, sementara dari kami ya mudharabah muqayyadah. Kami akan siapkan project yang menarik yang akan kita arahkan ke situ. Mudah-mudahan tahun depan sudah mulai, kan BPKH juga butuh, kalau enggak hanya mengandalkan deposito saja. (Ang)
 

  • Total Visitors: 6047322